PMPSI Pertemuan 1

1.     Metodologi The Traditional Approach
Metodologi The Traditional Approach disebut juga dengan Pendekatan Konvensial (Convential Approach) atau Pendekatan Klasik (Classical Approach). Metodologi ini mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil jika mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik, yaitu:
Ø  Pengembangan perangkat lunak(software) akan menjadi sulit, karena pendekatan ini kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem.
Ø  Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem mahal, karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang terstruktur.
Ø    Besar kemungkinan terjadi kesalahan sistem, karena pendekatan ini tidak menyediakan kepada analis sistem untuk melakukan pengetesan sistem.
Ø  Keberhasilan sistem kurang terjamin, karena pendekatan ini lebih menekankan pada kerja dari personil pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem.

2.       Metodologi Rational Unified Process
Metodologi Rational Unified Process yang disingkat RUP adalah suatu kerangka kerja proses pengembangan perangkat lunak iteratif yang dibuat oleh Rational Software, suatu divisi dari IBM sejak 2003. RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Language (UML).

Melalui gambar di atas dapat dilihat bahwa RUP memiliki:
Ø  Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak. Aspek ini dijabarkan dalam tahapan pengembangan atau fase. Setiap fase akan memiliki suatu major milestone yang menandakan akhir dari awal dari fase selanjutnya. Setiap fase dapat berdiri dari satu beberapa iterasi.  Dimensi ini terdiri atas:
·     Inception, objektif primer adalah untuk membatasi sistem dengan cukup sebagai dasar untuk memvalidasi biaya awal dan penganggaran. Pada fasa ini, ditentukan kasus bisnis yaitu: konteks bisnis, faktor sukses (perkiraan pendapatan, pengenalan ke pasar, dll), dan perkiraan finansial. Sebagai pelengkap kasus bisnis adalah model penggunaan, perencaan proyek, penilaian risiko tahap awal, dan deskripsi proyek disusun.
·   Elaboration, objektif primer adalah untuk memitigasi risiko kunci yang diidentifikasi dari analisis hingga akhir fase. Fase elaborasi merupakan fase saat proyek mulai terlihat bentuknya. Pada fase ini, masalah analisis domain dibuat dan arsitektur proyek mulai mendapatkan bentuk dasarnya.
·     Construction,  objektif primer adalah untuk membangun sistem perangkat lunak. Fase ini fokus pada pengembangan komponen dan fitur lain dari sistem. Pada fase inilah saat banyak dilakukan pengkodean. Pada proyek yang lebih besar, beberapa iterasi konstruksi dikembangkan sebagai usaha untuk memecah kasus penggunaan menjadi segmen terkelola yang menunjukkan purwarupa.
·        Transition, objektif primer adalah sebagai perantara sistem dari pengembangan ke produksi, yang tersedia untuk pengguna akhir. Aktivitas dalam fase ini termasuk pelatihan kepada pengguna akhir dan pengelola sistem dan pengujian beta untuk memvalidasi terhadap harapan pengguna akhir.
Ø  Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin. Proses pengembangan perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa disiplin terdiri dari empat elemen penting, yakni who is doing, what, how dan when. Dimensi ini terdiri atas:
·         Business Modeling
·         Requirement
·         Analysis and Design
·         Implementation
·         Test
·         Deployment
·         Configuration dan Change Manegement
·         Project Management
·         Environtment.
Pada penggunaan kedua standard tersebut diatas yang berorientasi obyek (object orinted) memiliki manfaat yakni:
ü  Improve productivity
Standard ini dapat memanfaatkan kembali komponen-komponen yang telah tersedia sehingga dapat meningkatkan produktifitas
ü  Deliver high quality system
Kualitas sistem informasi dapat ditingkatkan sebagai sistem yang dibuat pada komponen­-komponen yang telah teruji (well-tested dan well-proven) sehingga dapat mempercepat delivery sistem informasi yang dibuat dengan kualitas yang tinggi.
ü  Lower maintenance cost
Standard ini dapat membantu untuk menyakinkan dampak perubahan yang terlokalisasi dan masalah dapat dengan mudah terdeteksi sehingga hasilnya biaya pemeliharaan dapat dioptimalkan atau lebih rendah dengan pengembangan informasi tanpa standard yang jelas.
ü  Facilitate reuse
Standard ini memiliki kemampuan yang mengembangkan komponen-komponen yang dapat digunakan kembali untuk pengembangan aplikasi yang lainnya.
ü  Manage complexity
Standard ini mudah untuk mengatur dan memonitor semua proses dari semua tahapan yang ada sehingga suatu pengembangan sistem informasi yang amat kompleks dapat dilakukan dengan aman dan sesuai dengan harapan semua manajer proyek IT/IS.

3.       Metodologi Critical Chain Project Management
Critical Chain Project Management (CCPM) atau yang dikenal juga sebagai Metode Rantai Kritis adalah suatu metode penjadwalan baru atau perencanaan yang dapat menjadi suatu alternatif baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut yang menekankan pada sumbr daya yang diperlukan dalam rangka melakukan tugas-tugas proyek. CCPM adalah turunan dari manajemen CPM (Critical Path Managment). Sebenarnya CCPM tidak semata-mata melakukan penjadwalan proyek seperti yang dilakukan oleh CPM/PERT tetapi juga melakukan pendekatan manajemen. Semua itu bisa ditempuh dengan cara menghilangkan multitasking, student syndrome, parkisons law, serta memberi buffer di waktu akhir proyek.
Tujuan dari penggunaan CCPM dalam menyelesaikan proyek adalah untuk meningkatkan tingkat penyelesaian poyek. CCPM metode baru dalam revolusi cara berpikir yang dapat digunakan untuk menentukan bagaimana mengurangi atau mempercepat pengerjaan proyek dan meningkatkan kemampuan penjadwalan dan budget yang telah ditentukan.
CCPM mengidentifikasi rantai kritis sebagai hasil dari garis terpanjang setelah ditetapkannya level tugas. Rantai kritis menghasilkan penetapan tangal selesai tugas dan kebutuhan sumber yang dibuutuhkan dalam pengerjaan tugas yang disebut sebagai sumber kritis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JENIS - JENIS JARINGAN KOMPUTER

Makalah Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi